Tausiah Politik Bagi Persyarikatan Muhammadiyah Kota Malang
Dibaca: 715
Foto : Kegiatan Ideopolitor PDM Kota Malang 17 - 18 Februari 2018 di Rusunawa UMM (Dien)
MAKOTA - Tahun 2018 / 2019 sering disebut sebagai "tahun politik". Tahun 2018 dilakukan Pilkada serentak di beberapa daerah di Indonesia, dan tahun 2019, sebagai tahun pemilu.
PDM Kota Malang melalui Majelis Kader membuat agenda ideologi, politik dan organisasi (IDEOPOLITOR) guna memberikan wawasan tentang pandangan Muhammadiyah menghadapi tahun politik saat ini.
Acara ini diagendakan selama dua hari Sabtu - Minggu (17-18/2), diikuti oleh perwakilan anggota PDM, PCM, PRM, Aisyiyah, dan Ortom Muhammadiyah Kota Malang, dan bertempat di Rusunawa Universitas Muhammadiyah Malang.
Acara dibuka oleh ketua PDM Kota Malang Abdul Haris. Dalam sambutannya, Haris mengatakan menghadapi tahun politik, sikap yang harus difahami oleh seluruh warga Muhammadiyah adalah Pertama, Muhammadiyah tidak punya kepentingan dengan partai politik manapun, namun tidak berarti apatis dan sudah seharusnya memilih pemimpin yang tepat.
Kedua, semua calon adalah teman, tetapi tetap harus memilih satu teman. Perlu kecermatan secara matang dalam memilih calon jangan sampai salah.
"Jangan sampai Muhammadiyah terlibat politik transaksional agar muru'ah (nama baik) Persyarikatan tetap terjaga" pungkas Haris.
Ideopolitor ini dihadiri oleh Pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur, diantaranya Prof. Dr. A. Jainuri, M.Si, Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si dan Prof. Dr. Thohir Luth, MA.
Berikut nasihat politik A. Jainuri kepada seluruh peserta yang hadir. Politik ditempuh melalui dua hal yakni persuasif dan konflik. Politik bisa menjadi baik bila dilakukan secara persuasif dengan penyampaian program kerja, dan politik menjadi kotor ketika dilakukan secara konflik seperti black campaign.
"Menghadapi Pilkada 2018 dan pemilu 2019, mari memilih pemimpin yang tepat. Pemilihan itu paling tidak harus didasarkan pada dua hal, figur calon dan basis dukungan" ujar Jainuri.
Sedangkan taushiah politik dari Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si fokus pada kepribadian calon pemimpin. Hal yang diimpikan dari sosok seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki tiga sikap, yaitu ing ngarso sung tuladha (Uswatun Hasanah), ing madya Mangun karsa (parsipatoris), dan tutwuri Handayani (motivator).
Menurut Zainuddin, Selama ini belum ada figur pemimpin yang memiliki ketiga hal di atas. Karena selama ini proses rekruitmen pemimpin masih bersifat transaksional dan instan.
"Tahun politik saat ini, pilihlah pemimpin yang mengayomi seluruh warga masyarakat, bukan sebatas kelompok tertentu" pungkas Zainuddin. (Dien)
Tags: Majelis Kader
Arsip Berita